SBUMSBUM Akhwat

T 120. BAGAIMANA SIKAP KITA TERHADAP KELUARGA YANG MEMUTUS SILATURAHIM?

BAGAIMANA SIKAP KITA TERHADAP KELUARGA YANG MEMUTUS SILATURAHIM?

(Sobat Bertanya Ustadz Menjawab)

 

Pertanyaan

Nama : Fulanah

Angkatan : 01

Grup : 040

Domisili :

بسم الله الرحمن الرحيم

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saya mau mengajukan pertanyaan kepada Ustadz mengenai materi hari ini. 

Saya dulu adalah Muslim. Ketika nikah saya ikut agama suami, dan saya memang “kawin lari” memang ketika saya menikah itu kedua ortu saya sudah meninggal. Yang ada kakak, abang dan adik saya dan 10 tahun saya pergi dari mereka. 

Singkat cerita tahun 2017 saya kembali bersyahadat bersama anak saya yang waktu itu usianya masih 9 tahun. Setahun saya Islam kembali keluarga menerima saya.

Tahun 2018 saya mulai ditinggalkan dan dijauhi keluarga dan saya tidak tahu kenapa, sebabnya apa, saya tidak tahu. Bukan karena saya pacaran juga saya menikah dengan mantan suami. Karena memang saya tidak ada kamus pacaran dalam hidup saya.

Saya sudah mencoba menghubungi mendekati keluarga saya, tetapi mereka malah semakin jauh. Saya mulai ada rasa ketakutan. Karena saya tidak tahu usia saya. Sampai kapan mereka memutus tali silaturahim terhadap saya. 

Jadi saya ingin bertanya. Karena menurut saya materi ini agak bersinggungan dengan masalah saya.

Saya mohon pencerahannya. Terima kasih sebelumnya. 

جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم

 

Jawaban

وعليكم السلام ورحمة اللّه وبركاته

بسم الله

Baarakallahu fiiki. 

Semoga Allah selalu memberikan kepada Ukhti keberkahan. 

Untuk kondisi ukti yang dalam keadaan seperti di atas :

  1. Hendaknya bersabar dalam menghadapi setiap muamalah baik dengan kerabat maupun dengan bukan kerabat. Allah Ta’ala berfirman :

وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ ۗ

“Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?”

 

2. Hendaknya Ukhti terus dalam menyambung tali silaturahim ke kerabat. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

لا يدخل الجنة قاطع. رواه البخاري ومسلم

“Sesungguhnya Nabi bersabda tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahim” (HR. Bukhari & Muslim). 

 

3. Dalam sebuah hadits Nabi menasihati seorang lelaki yang mengalami hal serupa seperti yang dialami Ukhti. 

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : أن رجلا قال يا رسول الله ، إن لي قرابة أصلهم ويقطعونني ، وأحسن إليهم ويسيئون إلي ، وأحلمعنهم ويجهلون علي ، فقال : لئن كنت كما قلت كأنما تسفهم المل ، ولا يزال معك من الله ظهير عليهم ما دمت على ذلك . رواه مسلم 

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa seorang berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam: 

“Sesungguhnya aku mempunyai kerabat, aku selalu menyambung hubungan baik dengan mereka tetapi mereka selalu memutuskannya, aku berbuat baik akan tetapi mereka membalasnya dengan keburukan, aku berlaku bijak akan tetapi mereka berlaku bodoh”.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kemudian bersabda: 

“Bila keadaannya seperti yang engkau katakan, mereka itu seperti meminum abu yang panas, dan senantiasa Allah akan memberikan pertolongan kepadamu selama kamu dalam keadaan demikian itu. (HR Imam Muslim). 

 

4. Hendaknya Ukhty memaafkan sikap dari kerabat yang kemungkinan tidak mengetahui hadits di atas. Allah Ta’ala berfirman :

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.(QS. Ali Imran: 134).

وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ

“(Dan memaafkan (kesalahan) orang), yakni tidak membalas kesalahan yang dilakukan orang lain kepada mereka padahal ia berhak untuk mendapat balasan. Dan ini apabila mereka sebenarnya mampu untuk membalas”.

Semoga Allah memberikan kesabaran dan kekuatan kepada Ukhti dalam menyambung tali silaturahim. Dan semoga Allah memberikan hidayah kepada kerabat Ukhti untuk dapat menerima Ukhti kembali. 

 

Maraji : 

  1. Makarimul akhlak Syaikh Utsaimin رحمه الله تعالى. 
  2. Riyadusshalihin Imam Nawawi رحمه الله تعالى. 
  3. Tafsir Al Mukhtasar DR. Shalih bin Abdullah Al Humaid

والله تعالى أعلم

 

Diperiksa oleh : Ustadz Nur Rosyid, M. Ag. 

Tambahan dari Ustadz Nur Rosyid, M. Ag.

Coba hubungi dan terus sambung komunikasi dengan mereka, yang namanya keluarga (apalagi lebih tua) pasti ingin dihormati, mungkin sikap kita yang perlu lebih menunjukkan penghormatan. Coba datangi dan bawakan buah tangan untuk mereka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,

تَصَافَحُوْا يَذْهَبُ الغِلُّ ، وتَهَادَوْا تَحَابُّوا ، وَتَذْهَبُ الشَحْنَاءُ

“Saling berjabat tanganlah kalian maka akan hilanglah kedengkian (dendam). Saling memberi hadiahlah kalian maka kalian akan saling mencintai dan akan hilang kebencian”. (HR Malik dalam Al-Muwatha’, 2/ 908/16).

 

Dalam riwayat lain disebutkan, 

تَهَادَوْا تَحَابُّوا

“Saling memberi hadiahlah maka kalian akan saling mencintai”. (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod 594).

 

Semoga Allah mudahkan beri taufiq pada kita semua. 

Wallahu A’lam

 

Official Account Grup Islam Sunnah (GiS)⁣⁣

WebsiteGIS: grupislamsunnah.com

Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah

Instagram: instagram.com/grupislamsunnah

WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com

Telegram: t.me/s/grupislamsunnah

Telegram Soal Jawab: t.me/GiS_soaljawab

YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button