2024IDUL FITRIInformasi KegiatanProgram Tahunan GiS

SYARIAT SEPUTAR HARI RAYA

1. Mengeluarkan Zakat Fitri

Diwajibkan bagi setiap Muslim yang mempunyai kelebihan dari kebutuhan pokoknya pada hari dan malam lebaran, merdeka atau budak, lelaki atau perempuan, anak kecil atau orang dewasa, sebanyak 1 sha’ (2,5kg atau 3kg – terjadi perbedaan pendapat di antara para ulama) dari makanan pokok setempat, dimulai dari terbenam matahari sampai sebelum shalat ‘Ied diberikan kepada para miskin dan fakir, sebagai pensucian bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan rafats serta makanan bagi kaum miskin dan fakir.

“Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mewajibkan zakat Fitri dari Ramadhan atas manusia 1 sha’ dari kurma atau sha’ dari tepung atas setiap orang merdeka atau budak, lelaki atau perempuan, anak kecil atau orang dewasa dari kaum muslim”.
(HR. Bukhari dan Muslim).

2. Mandi Pada Hari ‘Ied

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu ketika ditanya tentang mandi, beliau berkata :

“Mandilah setiap hari jika kamu menghendakinya”.

Yang bertanya berkata:

“Bukan, mandi yang dimaksudkan adalah mandi yang disunnahkan?”

Beliau menjawab:

“Mandi hari Jum’at, hari Arafah, hari Idul Adha dan hari Idul Fitri”.

(HR. Al-Baihaqi dari jalan Asy-Syafi’ie dari Zadzan, lihat Irwa-‘ Al-Ghalil, 1/177, karya Al-Albani).

3. Membersihkan Diri dan Memakai Minyak Wangi

Sebagaimana disebutkan dalam hadits tentang shalat Jum’at. Berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma :

“Dan jika ada minyak wangi, maka hendaklah ia pakai dan hendaklah kalian memakai siwak”.
(HR. Ibnu Majah No. 1098 dan dihasankan oleh Al-Albani, di dalam Shahih Ibnu Majah, 1/326).

4. Memakai Pakaian yang Bagus

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

وكان يلبس للخروج إليهما أجمل ثيابه

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memakai pakaian yang paling bagus ketika keluar menuju shalat ‘Ied”.
(Lihat Zaadul Ma’ad, karya Ibnul Qayyim 1/441).

5. Makan Sebelum Shalat ‘Ied

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau bercerita :

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa tidak pergi ke shalat Idul Fitri sampai Beliau makan beberapa buah kurma dan memakannya dalam jumlah yang ganjil”.
(HR. Bukhari No .953).

6. Dianjurkan Berjalan Kaki

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma :

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah keluar menuju shalat ‘Ied dengan berjalan kaki dan pulang dengan berjalan kaki”.
(HR. Ibnu Majah No. 1295 dan dihasankan oleh Al-Albani di dalam Shahih Ibnu Majah, 1/388).

7. Termasuk Sunnah, Shalat ‘Ied Di Lapangan

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu :

“Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah keluar ke mushalla (maksudnya lapangan luas) pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, yang pertama kali Beliau lakukan adalah shalat.
(HR. Bukhari No. 956 dan Muslim No. 889).

8. Berangkat dan Pulang Shalat ‘Ied Melalui Jalan yang Berbeda

Termasuk dari Sunnah adalah pergi menuju mushalla (maksudnya lapangan luas) dari satu jalan dan pulang dari jalan (lain).

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika pada hari ‘Ied menyelisihi jalan (dari jalan yang Beliau lalui ketika beliau berangkat menuju mushalla).
(HR. Bukhari No. 986).

9. Bertakbir Menuju Tempat Shalat ‘Ied

Berdasarkan hadits diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 2/1/2 dan dishahihkan oleh Imam Al-Albani di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah No.170, 1/120 :

“Bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar pada Idul Fitri, Beliau bertakbir sampai mendatangi mushalla dan sampai selesai shalat, jika telah selesai shalat Beliau memutuskan takbirnya”.

10. Tidak Ada Shalat Sebelum dan Sesudah Shalat ‘Ied

Berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma :

“Sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar pada Idul Fitri, lalu Beliau shalat dua raka’at dan tidak shalat sebelum dan sesudahnya dan bersamanya Bilal”.
(HR. Bukhari No. 989 dan Muslim No. 884).

11. Tidak Ada Adzan dan Iqamah

Tidak ada adzan dan Iqamah, serta perkataan “ash shalatu jaami’ah”. Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu, beliau bercerita :

“Aku pernah shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Idul Fitri dan Idul Adha tidak sekali atau dua kali, tanpa adzan dan iqamah”.
(HR. Muslim No. 887).

12. Dianjurkan Bagi Para Wanita dan Anak-Anak Untuk Keluar Rumah

Dari Ummu ‘Athiyyah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

“Hendaknya al-‘awatiq (waniat-wanita yang sudah baligh) dan dzawatil khudur (wanita- wanita perawan yang belum menikah dan selalu menutup diri) serta wanita-wanita yang sedang haid keluar (untuk pergi ke mushalla) dan menyaksikan kebaikan dan do’anya orang-orang beriman dan para wanita yang haid hendaknya menjauhi mushalla”.
(HR. Bukhari No. 324 dan Muslim No. 890).

Serta hadits dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, meriwayatkan :

“Aku pernah keluar bersama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada Idul Fitri atau Idul Adha lalu Beliau shalat ‘Ied kemudian berkhutbah, kemudian mendatangi para wanita menasihati dan mengingatkan mereka dan memerintahkan kepada mereka untuk bersedekah”.
(HR. Bukhari No. 975 dan beliau (Imam Al Bukhari) memberikan bab di atas hadits ini dengan: “Bab keluarnya anak-anak menuju mushalla ketika hari ‘Ied”).

13. Shalat ‘Ied Dilaksanakan Berjama’ah

Syarat wajibnya shalat Ied bagi yang mukim dan jumlahnya seperti orang yang mengerjakan shalat Jum’at, hal ini karena Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para khalifah setelahnya tidak pernah mendirikan shalat ‘Ied ketika dalam keadaan safar dan jumlah paling minimal untuk melaksanakan shalat Jum’at dan juga shalat ‘Ied adalah tiga orang.
(Lihat Al-Mughni karya Ibnu Qudamah 3/287).

14. Waktu Shalat ‘Ied Setelah Meningginya Matahari

Berdasarkan hadits dari Yazid bin Humair aAr-Rahabi, beliau bercerita :

“Pernah Abdullah bin Busr Shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar bersama manusia pada hari Idul Fitri atau Idul Adha, lalu beliau mengingkari terlambatnya imam, beliau berkata :

“Sesungguhnya kami dulu (maksudnya di zaman Rasulullah) telah selesai pada waktu kita sekarang ini, yaitu ketika tasbih (yaitu ketika diperbolehkannya shalat sunnah di pagi hari)”.
(HR. Abu Daud No. 1135 dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahih Abu Daud, 1/113).

15. Khutbah Setelah Shalat ‘Ied

berdasarkan hadits Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu :

“Pernah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar menuju mushalla untuk shalat Idul Fitri dan Idul Adha, yang pertama kali Beliau mulai adalah shalat ‘Ied, kemudian setelah selesai Beliau berdiri di hadapan orang-orang, dan orang-orang duduk di shaf-shaf mereka, lalu Beliau memberikan nasihat dan wasiat kepada mereka serta memerintahkan mereka, jika Beliau ingin mengutus utusan Beliau maka Beliau mengutusnya atau memerintahkan sesuatu maka Beliau perintahkan, lalu Beliau pergi”.
(HR. Bukhari No. 956 dan Muslim No. 889).

16. Termasuk Sunnah, Imam Berkhutbah Di Tempat yang Tinggi

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma :

“Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdiri pada hari Idul Fitri, kemudian shalat, Beliau memulainya dengan shalat, kemudian Beliau berkhutbah setelah selesai Beliau turun dan mendatangi para wanita, lalu Beliau memberikan nasihat dan mengingatkan mereka”.
(HR. Bukhari No. 978 dan Muslim No. 885).

17. Dua Macam Takbir

a) Takbir Mutlaq
Pada hari Idul Fitri dimulai dari setelah terbenamnya matahari, menandakan hari terakhir bulan Ramadhan sebagaimana firman Allah ‘Azza Wa Jalla :

“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu bertakbir (mengagungkan Allah) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”.
(QS. al-Baqarah: 185)

b) Takbir Muqayyad
(Yang terbatas setiap setelah shalat-shalat fardhu pada hari Idul Adha saja). Waktunya dari setelah shalat Shubuh hari Arafah (meskipun ada khilaf di antara para ulama) sampai habis shalat Ashar pada hari ketiga belas bulan Dzulhijjah, hal ini berdasarkan pekerjaan dari beberapa Shahabat di anataranya Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khaththab, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhum.
(Lihat Al-Irwa’ karya Imam al-Albani, 3/124-125).

Sumber :
Indahnya Berhari Raya Sesuai Sunnah
Ditulis oleh Ustadz Ahmad Zainuddin Al Banjary Hafizahullahu Ta’ala
Ahad, 29 Ramadhan 1443 H
Gunung Sari Lombok Barat NTB

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button