SBUMSBUM Akhwat

SBUM AKHWAT NOMOR 492 – HUKUM MENJADI PEMANDU ACARA PERNIKAHAN YANG MEMAKAI ADAT SETEMPAT

SBUM
Sobat Bertanya Ustadz Menjawab

 

NO : 492

Dirangkum oleh Grup Islam Sunnah | GiS
https://grupislamsunnah.com

Kumpulan Soal Jawab SBUM
Silakan Klik : https://t.me/GiS_soaljawab

Judul bahasan

HUKUM MENJADI PEMANDU ACARA PERNIKAHAN YANG MEMAKAI ADAT SETEMPAT

 Pertanyaan
Nama : Yumalita Dewi
Angkatan : 03
Grup : 30
Nama Admin : Sufiati & Nindya
Nama Musyrifah : Rian Hartini
Domisili : Jawa Barat

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركات

Bismillah, ana ijin bertanya.

Semoga ada jawaban yang pas di hati ana untuk melanjutkan hidup ana agar Allah ridha.

Ana selain guru les, ana pelaku seni, ana memandu acara adat Sunda, di antaranya acara sungkeman pengantin kepada kedua orang tua mereka.

Insyaa Allah dalam sungkem ana berhati-hati jika ada yang bukan mahram, seperti adanya ayah dan ibu sambung ketika ada yang orang tuanya meninggal. Dan di dalam sungkem itu ana selalu mengambil nasihat untuk mempelai dari salah satu ayat atau hadits.

Misal sungkem kepada orang tua, ana keluarkan hadits al jannatu tahta akhdamil ummahat dll. Terus ketika ngidung ana seperti bersuara cengkok Sunda tetapi bukan nyanyi.

Afwan..

Kidung itu isinya seperti nasihat dari orang tua yang diwakilkan kepada saya sebagai pemandu adat. Juga ada pecah kendi pecah telur juga. Dan semua mengandung filosofi.

Jujur hati ana suka merasa ada tidak nyamannya di seni ini. Tapi di sisi lain ana bisa dikatakan tulang punggung keluarga. Ada ibu, adik juga anaknya yang harus saya urus. Belum anak-anak saya.

Jadi mohon penjelasan dan pengarahan serta nasihat dari Ustadz agar ana punya satu keyakinan dan jalan keluar yang Allah ridha.

Mohon pencerahannya, Ustadz.

جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم

 Jawaban

وعليكم السلام ورحمة اللّه وبركاته

بسم الله،

والصلاة والسلام على رسول الله،أمابعد.

1️⃣ Acara yang Ukhty sebagai pemandu adalah acara yang bertentangan dengan ajaran Islam. Acara yang banyak kemaksiatan, kebida’han dan perbuatan syirik.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ” رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ. وَفِيْ رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: “مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهَ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barang siapa yang (memulai) mengada-adakan (sesuatu yang baru) dalam urusan (agama) kami ini yang bukan termasuk bagian darinya, maka amalan tersebut tertolak”.
(HR. Bukhari dan Muslim).

✅ Walaupun acara tersebut mengatasnamakan adat. Selama adat tidak bertentangan dengan syari’at Islam, maka tidak mengapa. Akan tetapi di dalam acara tersebut terdapat perbuatan syirik seperti pecah telur, pecah kendi. Kemudian acara kebida’han sungkeman kepada kedua orang tua ditambah lagi dengan perbuatan bernyanyi yang merupakan kemaksiatan kepada Allah ‘Azza Wa Jalla.

2️⃣ Hendaknya Ukhty untuk berhenti dan bertaubat dari menjadi pemandu acara tersebut.

Allah Ta’ala sudah memberikan ketukan kepada hati Ukhty berupa ketidaknyamanan dalam acara tersebut.

Dalam hadits yang panjang disebutkan,

عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: اْلبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِيْ نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ. وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَدٍ رضي الله عنه ، قَالَ: أَتَيْتُ النبي صلى الله عليه وسلم ، فَقَالَ: جِئْت تَسْأَلُ عَنِ اْلبِرِّ ؟ قُلْتُ: نَعَمْ؛ قَالَ: اسْتَفْتِ قَلْبَكَ؛ اْلبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ اْلقَلْبُ، وَالإِثْمُ مَاحَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ.
حَدِيْثٌ حَسَنٌ، رَوَيْنَاهُ فِي مُسْنَدَيْ الإِمَامِين أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، وَالدَّارِمِي بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ.

“Dari Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu’Alaihi Wa Sallam,

Beliau bersabda:
“Kebaikan itu adalah akhlak yang baik, kejelekan (dosa) itu adalah sesuatu yang meresahkan jiwamu dan engkau benci apabila manusia mengetahuinya.”
(HR. Muslim) [1]

Dari Wabishah bin Ma’bad radhiyallahu ‘anhu dia berkata:

“Aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam maka Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata:

“Engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan ?”

Aku menjawab: “Ya,”

Beliau Shallallahu’Alaihi Wa Sallam bersabda: “Mintalah fatwa kepada hatimu, karena kebaikan itu adalah sesuatu yang membuat jiwa dan hati merasa tenang, sedangkan kejelekan (dosa) itu adalah sesuatu yang meresahkan jiwa dan membimbangkan dada meskipun manusia telah berulang kali memberi fatwa kepadamu.”
(Hadits ini hasan, kami meriwayatkannya dari musnad 2 Imam, yaitu Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi dengan sanad yang hasan).

✅ Dalam hadits di atas disebutkan tentang kebaikan dan keburukan.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

اْلبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ اْلقَلْبُ، وَالإِثْمُ مَاحَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ

“Karena kebaikan itu adalah sesuatu yang membuat jiwa dan hati merasa tenang, sedangkan kejelekan (dosa) itu adalah sesuatu yang meresahkan jiwa dan membimbangkan dada”.

Ketika Allah memberikan ketidaknyamanan dalam sanubari Ukhty, itu tanda sayang Allah terhadap Ukhty untuk menginginkan kebaikan kepada Ukhty.

3️⃣ Ketika acara tersebut mengandung kesyirikan, kebida’han dan kemungkaran maka hasil atau uang yang didapat oleh Ukhty juga bukan hasil yang halal. Karena ada unsur tolong menolong dalam keburukan.

Allah Ta’ala berfirman :

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”.
(QS. Al Maidah 2).

4️⃣ Sudah saatnya Ukhty untuk berhijrah dari pemandu acara tersebut yang juga tentunya penghasilan Ukhty tidak halal dan barokah. Ukhty hendaknya mencari pekerjaan yang sesuai tabiat wanita dan tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Ukhty harus bertekad kuat dan melangkah dengan catatan kehidupan yang baru.

Barang siapa yang bertawakkal kepada Allah maka Allah akan memberikan kecukupan kepada hamba-Nya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

“Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”.
(QS. Ath-Thalaq 2-3).

✅ Ayat di atas menyebutkan bahwasanya barang siapa yang bertawakkal kepada Allah maka Allah mencukupi keperluan-Nya.

Bukan bertawakkal kepada kedudukan atau ijazah atau kemampuan seseorang. Di sinilah dibutuhkan keimanan yang kuat akan janji-janji Allah kepada hamba-Nya.

🤲 Semoga Allah memberikan kemudahan bagi ukhty dan kaum muslimah lainnya dalam mencari rezeki yang halal dan thayyib.

والله تعالى أعلم بالصواب

 Dijawab oleh : Ustadz Aulia Ramdanu, Lc.

Official Account Grup Islam Sunnah (GiS)⁣⁣

WebsiteGIS: https://grupislamsunnah.com
Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
Telegram Soal Jawab: https://t.me/GiS_soaljawab
YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button