SBUMSBUM Akhwat

SBUM NOMOR 221 – CARA ISTIQAMAH MENDAPATKAN KETENANGAN HATI

╔══❖•ೋ°📥° ೋ•❖══╗

SBUM
Sobat Bertanya Ustadz Menjawab

╚══❖•ೋ°📤° ೋ•❖══╝

NO : 221

Dirangkum oleh Grup Islam Sunnah | GiS
🌏 https://grupislamsunnah.com

📬 Kumpulan Soal Jawab SBUM
⏩ Silakan Klik : https://t.me/GiS_soaljawab

═══════ ° ೋ• ═══════

✉️ Judul bahasan
CARA ISTIQAMAH MENDAPATKAN KETENANGAN HATI

💬 Pertanyaan
Nama : Sri Sugiarti
Angkatan : 01
Grup : 056
Domisili : –

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه

Ummu, ana mau nanya perihal keimanan hati (contohnya takut riya atau nggak ikhlas dalam menjalani kehidupan ini, soalnya ana suka berselisih kutif dengan pemikiran ana sendiri.

Bagaimana cara untuk terus istiqamah agar mendapatkan ketenangan hati?

Syukron.

جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم.

➖➖➖➖➖✒

👤 Jawaban

وعليكم السلام ورحمة اللّه وبركاته

بسم الله

Wash-shalatu was-salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.

Keimanan seseorang akan semakin meningkat diiringi dengan menyingkap ta’bir ma’rifatullah seorang hamba kepada Sang Khaliq.

Jalan ma’rifatullah terbaik adalah dengan mempelajari asmaul husna yang Allah dan Rasul-Nya ajarkan kepada kita, kemudian mentadaburinya lantas kita berusaha mengamalkan dlm kehidupan sehari-hari.

Keadaan yang dialami penanya bisa diperbaiki dengan mengenal Allah, Ar-Raqiib yang Maha Menyertai hamba-Nya dalam keadaan lahir maupun bathin.
Memahami makna asmaul husna tersebut akan menghadirkan muraqabah, yaitu ilmu seorang hamba sadar bahwa Allah senantiasa mengawasinya
(Ibnu Qayyim rahimahullah).

Hati yang menemukan muraqabah amalannya selalu berkualitas dan tentu akan jauh dari riya’. Karena dia menyadari bahwah Allah Ar-Raqiib akan selalu meliputi hatinya saat beramal. Dan lebih dari itu ketika dia mendapatkan ma’rifatullah tersebut maka ujub pun akan bisa dia hindari saat dia beramal shalih dengn pertolongan Allah ‘Azza wa Jalla.

Masalah kedua;
Dalam menjalankan kehidupan kenalilah Allah Al Malik Dzat yang Maha Merajai alam semesta, sadari bahwa diri kita adalah budak Allah. Apapun ketetapan Allah pasti akan berlaku untuk kita, dan pahami bahwa semua ketetapan Allah penuh dengan hikmah karena Allah menamakan dirinya Al Hakiim Dzat yang Maha Bijaksana. Saat Allah menyempitkan keadaan kita, kesempitan tersebut berdasarkan hikmah dan Allah pun Maha Melapangkan keadaan kita karena Allah namakan diri-Nya dengan Al Qoobidh dan Al Baasith. Sedangkan baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wa Sallam mengajarkan kita untuk sabar ketika diuji dan bersyukur saat lapang. Bahkan Beliau ta’jub dengan kepribadian seorang Mukmin yang dia berdiri di atas hal ini.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang Mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang Mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya”.
(HR. Muslim No. 2999).

Imam Al-Munawi berkata dalam Faidhul Qadir, “Keadaan seorang Mukmin semuanya itu baik. Hanya didapati hal ini pada seorang Mukmin. Seperti itu tidak ditemukan pada orang kafir maupun munafik. Keajaibannya adalah ketika ia diberi kesenangan berupa sehat, keselamatan, harta dan kedudukan, maka ia bersyukur pada Allah atas karunia tersebut. Ia akan dicatat termasuk orang yang bersyukur. Ketika ia ditimpa musibah, ia bersabar. Ia akan dicatat termasuk orang yang bersabar.

Oleh karenanya, selama seseorang itu dibebani syari’at, maka jalan kebaikan selalu terbuka untuknya. Sehingga seorang hamba yang beriman itu berada di antara mendapatkan nikmat yang ia diperintahkan untuk mensyukurinya dan musibah yang ia diperintahkan untuk bersabar.

Adapun istiqamah bisa diperoleh di antaranya dengan banyak berdzikir yang akan membentenginya dari godaan syaithon dan dzikir yang banyak tersebut akan membuatnya mendapat pertolongan Allah karena Allah tidak akan meninggalkan ataupun melalaikannya.

(فَٱذۡكُرُونِیۤ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُوا۟ لِی وَلَا تَكۡفُرُونِ)

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu! Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku!
(QS. Al-Baqarah: 152).

Syaikh Abdurahman As Sa’diy rahimahullah berkata;

فأمر تعالى بذكره، ووعد عليه أفضل جزاء، وهو ذكره لمن ذكره

“Allah menyuruh dengan mengingat-Nya dan menjanjikan balasan terbaik atasnya, yaitu siapa yang berdzikir akan diingat oleh-Nya”.

Dzikir sedikitnya akan membuahkan pahala dan kebaikan, dan dzikir yang banyak akan membuahkan keimanan dan kebersamaan Allah secara khusus (ma’iyaul khaassah).

(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱذۡكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكۡرࣰا كَثِیرࣰا)

“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya”.
(QS. Al-Ahzab: 41).

والله تعالى أعلم

➖➖➖➖➖✒️

✒ Dijawab oleh : Ustadz Wukir Saputro, Lc.

═══════ ° ೋ• ═══════

📣 Official Account Grup Islam Sunnah (GiS)⁣⁣

🌏 WebsiteGIS: https://grupislamsunnah.com
📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
📬 Telegram Soal Jawab: https://t.me/GiS_soaljawab
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button