SBUMSBUM Akhwat

T 071. STATUS SHALAT YANG TEMPATNYA DIDUDUKI ANAK DALAM KEADAAN MEMAKAI PAMPERS YANG BELUM DIGANTI

STATUS SHALAT YANG TEMPATNYA DIDUDUKI ANAK DALAM KEADAAN MEMAKAI PAMPERS YANG BELUM DIGANTI

(Sobat Bertanya Ustadz Menjawab)

 

Pertanyaan

Nama : Eling Lanuu

Angkatan : 01

Grup : 130

Domisili :

 

بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Semoga Ustadz beserta keluarga senantiasa dalam lindungan dan limpahan rahmat Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Aamiin.

Afwan Ustadz izin bertanya tentang sah atau tidaknya dalam shalat.

Saya memiliki anak perempuan yang umurnya baru 2 tahun lebih, lalu anak saya ini masih pakai popok bayi, kadang kalau saya shalat, saya tidak sempat mengganti popok yang sudah dipakai berjam-jam, popok bayi kan ada najisnya nih, “pis” atau buang air kecil, otomatis sudah ada najis ya Ustadz? 

Yang ingin saya tanyakan adalah jika dia duduk tepat di tempat sujud saya, apakah shalat saya sah atau harus diulang lagi?

جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم.

 

Jawaban

وعليكم السلام ورحمة اللّه وبركاته

بسم الله

 

Aamiin. Wa Iyyaakum. 

Jazaakumullahu khairan atas do’anya.

Pertanyaan yang sangat bagus sekali dari Ukhti Eling Lanuu hafizhakillah (semoga Allah menjagamu).

Baarakallahu fiikum.

Popok yang dimaksud barangkali pampers, yah Ukhti?

Kita semua tahu bahwa air kencing bayi ataupun balita ketika pakai pampers tentunya akan tertampung dan menyerap pada pampers tersebut, jika kondisinya seperti ini berarti najisnya tidak keluar dan sudah pasti tempat shalat Ukhti tidak terkena najis.

Kecuali pampersnya sudah tidak menampung air kencing anak Ukhti karena air kencingnya sudah terlampau banyak sehingga najisnya sampai keluar dari pampersnya lalu mengenai tempat shalat Ukhti, maka kondisi seperti ini pun tidak membatalkan shalat Ukhti.

Maka solusinya:

  1. Ukhti tinggal bergeser ke depan, ke belakang, ke kanan atau ke kiri mencari posisi yang tidak terkena najis dan meneruskan shalatnya.
  2. Ukhti bisa pindahkan si bayi lalu ganti sajadah Ukhti dengan yang tidak terkena najis lalu lanjutkan shalat Ukhti tanpa mengulangi shalat dari awal.

Dari 2 solusi di atas, shalat Ukhti tetap sah dan sama sekali tidak perlu diulang kembali dari awal.

Semua penjelasannya tersebut berdasarkan dalil-dalil di bawah ini:

  1. Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia menceritakan: 

“Bahwa ketika Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam shalat, seekor kambing hendak lewat di depan Beliau, lalu Beliau mendahuluinya ke arah kiblat hingga Beliau merapatkan tubuh Beliau ke dinding arah kiblat”. (Shahih: HR. Ibnu Khuzaimah No. 827)

  1. Dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, ia berkata: 

“Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah shalat di dalam rumah yang pintunya tertutup. Lalu aku datang dan minta dibukakan. Beliau kemudian berjalan dan membukakan pintu untukku. Setelah itu, beliau kembali ke tempat shalatnya”. ‘Aisyah mensifati bahwa pintunya berada di arah Kiblat”. (Hasan: HR. Abu Dawud No. 922).

  1. Dari Abu Qatadah radhiyallaahu ‘anhu berkata: 

“Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam shalat sambil menggendong Umamah, puteri Zainab binti Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan Umamah ini bapaknya adalah Abu ‘Ash bin ar-Rabi’. Jika Beliau berdiri, Beliau menggendongnya. Namun jika sujud, Beliau meletakkannya”. (Muttafaq ‘alaih: HR. Bukhari No. 516, 5996, Muslim No. 543).

Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang lainnya.

Wallahu a’lam. Wallahul muwaffiq.

Semoga bermanfaat.

Referensi:

  1. Fiqih Shalat Berdasarkan Al-Qur’an & As-Sunnah, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Media Tarbiyah.
  2. Ensiklopedi Larangan Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali, Pustaka Imam Asy-syafi’i.

والله تعالى أعلم

 

Dijawab oleh : Ustadz Abu Uwais Muhammad Yasin bin Sutan Muslim bin Amir bin Syamsuddin. 

Diperiksa oleh : Ustadz Nur Rosyid, M. Ag. 

 

Revisi dan Tambahan dari Ustadz Nur Rosyid, M. Ag.

Disebutkan dalam jawaban:

“Kecuali pampersnya sudah tidak menampung air kencing anak Ukhti karena air kencingnya sudah terlampau banyak sehingga najisnya sampai keluar dari pampersnya lalu mengenai tempat shalat Ukhti, maka kondisi seperti ini pun tidak membatalkan shalat Ukhti”

Yang lebih tepat dan detail adalah,

Kecuali pampersnya sudah tidak menampung air kencing anak Ukhti karena air kencingnya sudah terlampau banyak sehingga najisnya sampai keluar dari pampersnya lalu mengenai tempat shalat Ukhti, maka kondisi seperti ini DAPAT MEMBUAT SHALAT TIDAK SAH JIKA UKHTI MENGETAHUINYA SEBELUM SHALAT, TIDAK DIBERSIHKAN, DAN TETAP SHALAT DI TEMPAT ITU.

Kenapa? Karena kesucian badan, pakaian, dan tempat shalat adalah syarat sahnya shalat. 

Dalil yang menunjukkan perintah untuk bersuci dari najis badan, pakaian, dan tempat shalat adalah:

Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tentang suci badan, 

إِذَا أقْبَلَتِ الحَيْضَةُ، فَدَعِي الصَّلَاةَ، وإذَا أدْبَرَتْ، فَاغْسِلِي عَنْكِ الدَّمَ وصَلِّي.

“Jika datang haidh, maka tinggalkanlah shalat. Namun jika sudah selesai, mandilah dengan membersihkan bekas darah lalu shalat”. [HR Bukhari 226 dan Muslim 333].

Firman Allah Ta’ala tentang suci pakaian,

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

“Dan pakaianmu bersihkanlah”. (QS Al-Mudatstsir 4).

Kisah Arab Badui yang mengencingi tempat shalat, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan Shahabat menyiram air pada bekas kencingnya, Beliau bersabda,

صبُّوا عليْهِ ذنوبًا من ماءٍ

“Siramkanlah sewadah air pada bekas kencingnya”. [HR Bukhari 221 dan Muslim 284].

Adapun jika ukhti MENGETAHUINYA SETELAH SHALAT ALIAS KELUPAAN MAKA YANG DEMIKIAN TIDAK MENGAPA DAN TIDAK PERLU DIULANG.

Syaikh ‘Utsaimin mengatakan dalam hal ini, 

والرَّاجح في هذه المسائل كلِّها : أنه لا إعادة عليه سواء نسيها ، أم نسي أن يغسلها ، أم جهل أنها أصابته ، أم جهل أنها من النَّجاسات ، أم جهل حكمها ، أم جهل أنها قبل الصَّلاة، أم بعد الصلاة .

والدَّليل على ذلك : القاعدة العظيمة العامة التي وضعها الله لعباده ، وهي قوله : ( لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا) ، وهذا الرَّجُل الفاعل لهذا المحرَّم كان جاهلاً أو ناسياً ، وقد رفع الله المؤاخذة به ، ولم يبقَ شيء يُطالب به .

وهناك دليل خاصٌّ في المسألة ، وهو أنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم حين صَلَّى في نعلين وفيهما قَذَرٌ ، وأعلمه بذلك جبريل لم يستأنف الصَّلاة ، وإذا لم يُبْطِل هذا أولَ الصَّلاة ، فإنه لا يُبْطِلُ بقيَّة الصَّلاة ” انتهى من “الشرح الممتع” (2/232).

“Yang kuat dalam masalah ini adalah bahwa dia tidak perlu mengulangi shalatnya secara umum, baik karena lupa (ada najisnya), lupa membasuhnya, tidak tahu kalau terkena najis, tidak tahu kalau itu adalah najis karena tidak tahu hukumnya, atau tidak tahu apakah najis tersebut ada sebelum atau sesudah shalat.

Dalil tentang masalah itu adalah kaidah umum yang agung dan Allah berikan kepada para hamba-Nya yaitu firman Allah:

لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا 

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah”. (QS Al-Baqarah 286).

Orang ini melakukan (sesuatu) yang haram, karena tidak tahu atau lupa. Allah telah menghilangkan hukuman baginya dan tidak tuntutan kepadanya.

Ada pula dalil khusus dalam masalah ini, yaitu,

“Sesungguhnya Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallam pernah shalat dengan memakai kedua sandal yang ada najisnya, lalu Jibril memberitahukannya. Dan Beliau tidak mengulangi shalatnya dari awal. Jika shalatnya tidak batal dari awal, maka tidak batal sisa shalatnya”. (As-Syarhu Al-Mumti’, 2/232).

Sementara JIKA MENGETAHUINYA DI TENGAH-TENGAH SHALAT, maka solusinya (melanjutkan jawaban Ust. Abu Uwais). 

  1. Ukhti tinggal bergeser ke depan, ke belakang, ke kanan atau ke kiri mencari posisi yang tidak terkena najis dan meneruskan shalatnya.
  2. Ukhti bisa pindahkan si bayi lalu ganti sajadah Ukhti dengan yang tidak terkena najis lalu lanjutkan shalat Ukhti tanpa mengulangi shalat dari awal.

Solusi di atas berdasarkan dalil-dalil di bawah ini:

  1. Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia menceritakan: 

“Bahwa ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam shalat, seekor kambing hendak lewat di depan Beliau, lalu Beliau mendahuluinya ke arah kiblat hingga Beliau merapatkan tubuh Beliau ke dinding arah kiblat”. (Shahih: HR. Ibnu Khuzaimah No. 827)

  1. Dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, ia berkata: 

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah shalat di dalam rumah yang pintunya tertutup. Lalu aku datang dan minta dibukakan. Beliau kemudian berjalan dan membukakan pintu untukku. Setelah itu, Beliau kembali ke tempat shalatnya”. ‘Aisyah mensifati bahwa pintunya berada di arah Kiblat”. (Hasan: HR. Abu Dawud No. 922).

  1. Dari Abu Qatadah radhiyallaahu ‘anhu berkata: 

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam shalat sambil menggendong Umamah, puteri Zainab binti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan Umamah ini bapaknya adalah Abu ‘Ash bin Ar-Rabi’. Jika Beliau berdiri, Beliau menggendongnya. Namun jika sujud, Beliau meletakkannya”. (Muttafaq ‘alaih: HR. Bukhari No. 516, 5996, Muslim No. 543).

Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang lainnya.

Wallahu A’lam

 

Official Account Grup Islam Sunnah (GiS)⁣⁣

WebsiteGIS: grupislamsunnah.com

Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah

Instagram: instagram.com/grupislamsunnah

WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com

Telegram: t.me/s/grupislamsunnah

Telegram Soal Jawab: t.me/GiS_soaljawab

YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button