SBUMSBUM Ikhwan

N 043. HUSNUZHAN DAN RIDHA-LAH AKAN KETETAPAN ALLAH

HUSNUZHAN DAN RIDHA-LAH AKAN KETETAPAN ALLAH

(Sobat Bertanya Ustadz Menjawab)  

 

Pertanyaan

Nama: Yopi Setyo Laksono

Angkatan : 01

Grup : 067

Domisili :

 

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه

 

Ini masalah keluarga. Umur saya masih 18 dan masih menginjak pendidikan. Saya bertanya, kenapa keluarga teman-teman saya begitu harmonis. Tetapi keluarga saya tidak? Saya punya ibu tapi ibu tidak menganggap saya anak. Saya dari umur 16 sudah mencari nafkah sendiri untuk sekolah dan kebutuhan sehari hari. Bagaimana cara mengatasi ini akh? Saya mulai mikir dewasa bahwa perhatian ibu itu perlu tapi bagiku itu mustahil

 

جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم.

 

Jawaban

 

وعليكم السلام ورحمة اللّه وبركاته

بسم الله

 

Semoga Allah berikan kesabaran dan keluasan hati pada Anda.

Hal ini memang bukan perkara ringan. Tidak ada di antara kita yang menginginkan hal tersebut, yakni tidak dianggap anak oleh orang tua khususnya ibu. Namun apa saja yang telah Allah tetapkan wajib untuk kita imani, karena segala sesuatu yang Allah tetapkan pasti kebaikan dan tak akan ada yang bisa menolaknya.

Lalu apa yang harus Anda lakukan?

Pertama, husnuzhan-lah kepada Allah dan ridha-lah dengan ketetapan-Nya. Barang siapa yang ridha dengan ketetapan Allah maka Allah pun ridha kepadanya, dan tidaklah ridha Allah melainkan sebuah kebaikan besar untuk kita.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

“Sejatinya besarnya pahala sebanding dengan beratnya ujian. Dan sejatinya jika Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan ujian untuk mereka. Barang siapa yang ridha, maka ia yang akan meraih ridha Allah. Dan barang siapa siapa yang murka (tidak ridha) maka Allah pun akan murka”. (HR. Ibnu Majah 4031).

 

Ketauhilah bahwa Allah telah membagi-bagi amalan dan pahala kepada kita sebagaimana Allah membagi telah rezeki kepada kita semua. Al-Hafidz Ibnu Abdil Barr menukilkan perkataan Imam Malik,

إنَّ اللهَ قَسَمَ الأعْمال كَما قَسَمَ الأرْزاق، فَرُبَّ رَجُل فُتِحَ لَهُ فِي الصَّلاَة ولَمْ يُفْتَح لَهُ فِي الصُّوم، وآخَر فُتِحَ لَهُ فِي الصَّدَقَة ولَمْ

 يُفْتَح لَهُ فِي الصَّوم، وآخَر فُتِحَ لَهُ فِي الجِهادِ

“Sejatinya Allah telah membagi amal-amal shalih sebagaimana Allah telah membagi rezeki. Ada seseorang yang dibukakan padanya amalan shalat tapi tidak dibukakan untuknya amalan puasa. Lainnya ada yang dibukakan padanya amalan sedekah tapi tidak dibukakan untuknya amalan puasa, ada pula yang dibukakan padanya jihad (dan tidak yang lainnya)”.  (Siyar A’lami An-Nubalaa 8/114)

 

 

Maka husnuzhanlah bahwa Allah ingin Anda memiliki pahala sabar yang besar karena tidak merasakan kasih sayang orang tua, husnuzhanlah bahwa Allah ingin Anda memiliki pahala kerja keras untuk menuntut ilmu dan menghidupi diri sendiri, husnuzhanlah bahwa Allah sedang menyiapkan derajat tinggi di Surga untuk Anda dengan segala pengorbanan tersebut yang tidak Allah berikan pada sembarang orang.

Kedua, jaga Tauhid Rububiyah dengan baik. Jangan sampai merasa bahwa Allah memperlakukan tidak adil. Allah yang menciptakan dan mengatur segalanya pasti memiliki rencana terbaik untuk hamba-hamba-Nya. Apa yang kita rasakan buruk bisa jadi adalah hal yang kita syukuri dimasa depan, dan hal yang kita rasakan baik bisa jadi hal yang kita sesali di masa depan. Hendaknya kita mengingat firman Allah,

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) engkau menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui dan engkau tidak mengetahui”

(QS. Al-Baqarah : 216).

 

Ketiga, bagaimanapun keadaannya tetaplah berbakti pada orang tua. Birrul walidain itu bukan hukum sebab akibat, ia adalah perintah langsung dari Allah yang mutlak harus kita imani. Bukan karena orang tua sayang maka kita baik kepada mereka, bukan karena orang tua menelantarkan maka kita jahat kepada mereka. Bagaimanapun sikap mereka kepada kita, birrul walidain tetaplah wajib bagi kita. Itu adalah perintah yang Allah tetapkan setahap setelah seruan Tauhid,

وَاعْبُدُوا الله وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Beribadahlah hanya kepada Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua”.  (QS. An-Nisa : 36)

 

Anda tentu tidak ingin putra putri Anda kelak bersikap durhaka pada Anda, maka janganlah Anda durhaka pada orang tua bagaimanapun keadaannya.

Keempat, jika Anda memiliki kerabat (paman atau bibi, dari jalur ayah atau ibu) mendekatlah kepada mereka, tidak mungkin semua keluarga atau kerabat tidak menyukai Anda. Atau jika Anda memiliki teman dekat yang saling mengenal kondisi masing-masing, Anda bisa mendekat kepadanya, teman yang baik tidak akan enggan untuk berbagi kehangatan keluarga. Juga, jika Anda memiliki guru atau Ustadz mendekatlah kepada mereka, seandainya mereka tidak bisa memberikan kehangatan tapi setidaknya mereka memberikan ilmu sebagai bekal kehidupan.

والله تعالى أعلم

Dijawab oleh : Ustadz Rosyid Abu Rosyidah

 

Official Account Grup Islam Sunnah (GiS)⁣⁣

WebsiteGIS: grupislamsunnah.com 

Fanpage: facebook.com/grupislamsunnah 

Instagram: instagram.com/grupislamsunnah 

WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com 

Telegram: t.me/s/grupislamsunnah 

Telegram Soal Jawab: t.me/GiS_soaljawab 

YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button