SBUMSBUM Akhwat

T 095. REFERENSI ASY-SYAIKH AL-ALBANI RAHIMAHULLAH MENDALAMI ILMU HADITS

REFERENSI ASY-SYAIKH AL-ALBANI RAHIMAHULLAH MENDALAMI ILMU HADITS

(Sobat Bertanya Ustadz Menjawab)

 

Pertanyaan

Nama : Karina Annisa Y

Angkatan : 01

Grup : 051

Domisili :

بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته

Dari mana sumber atau referensi Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah mendalami ilmu hadits sedangkan di negaranya cenderung pada Madzhab Hanafi?

جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم

 

Jawaban

وعليكم السلام ورحمة اللّه وبركاته

بسم الله

Pertanyaan yang sangat bagus sekali dari Ukhti Karina Annisa hafizhakillah.

Baarakallahu fiikum.

Barangkali yang ditanyakan Ukhti sebenarnya adalah apa, bagaimana dan dari siapa Syaikh Al-Albani rahimahullah belajar serta mendalami ilmu hadits?

Sebab kalau pertanyaan hanya dari mana sumber atau referensi Syaikh Al-Albani rahimahullah mendalami ilmu hadits? Tentu saja jawabannya adalah dari para ulama ahli hadits dan dari kitab-kitab Musthalahul Hadits, dirayah, riwayah dan rijal-rijal hadits.

Untuk lebih jelas dan terangnya kami nukilkan penjelasan dari Ustadz Mubarak Bamuallim hafizhahullah di dalam buku ‘Biografi Syaikh Al-Albani: Mujaddid dan Ahli Hadits Abad Ini’ halaman 16-20 beliau Menjelaskan:

Al-Albani rahimahullah berkata: 

“Bahwasanya nikmat Allah yang dianugerahkan kepadaku sangat banyak, aku tidak mampu menghitungnya. Di antara nikmat-nikmat itu ada dua hal yang sangat penting: 

Yang pertama hijrah ayahku ke negeri Syam dan yang kedua aku diajari sebuah profesi yang Dimilikinya yaitu keterampilan mereparasi jam. Adapun yang pertama (hijrah ke negeri Syam), telah memudahkanku untuk belajar bahasa Arab, seandainya kami tetap di Albania aku kira tidak akan mempelajarinya walaupun hanya satu huruf. Padahal tiada jalan menuju Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah ﷺ kecuali dengan bahasa Arab. 

Sedang yang kedua (keahlian dalam mereparasi jam) telah memberi aku waktu senggang yang aku isi dengan menuntut ilmu, serta kesempatan beberapa jam setiap hari untuk mengunjungi perpustakaan “Zhahiriyyah” Seandainya aku terus menekuni upaya untuk menjadi seorang pandai kayu, tentunya akan menyita seluruh waktuku. Akibatnya tertutuplah jalan-jalan di hadapanku untuk mencapai ilmu, yang mana setiap penuntut ilmu harus menyiapkan banyak waktu”.

Setelah meninggalkan profesinya sebagai tukang kayu, Al-Albani rahimahullah mulai menekuni profesi ayahnya dalam mereparasi jam hingga menjadi seorang yang ahli di bidangnya. Pada waktu yang bersamaan timbul dalam dirinya minat baca yang luar biasa hingga beliau pernah berkata: “ Pada awal-awal usiaku aku membaca apa saja yang pantas dan yang tidak pantas dibaca.”

Selanjutnya ia berkata: “Sesuatu yang telah diatur oleh Allah Ta’ala dan sebagai kasih sayang-Nya kepadaku, setelah aku beralih profesi dan mendampingi ayahku, aku miliki banyak peluang. Aku mohon izin kepada ayahku untuk menghadiri kajian-kajian di masjid Bani Umayyah. Suatu ketika di waktu senggang, Allah mentakdirkan bagiku bertemu dengan seorang Mesir. Pekerjaannya membeli kitab-kitab lama lalu dipajangnya pada sebuah toko kecil miliknya yang terletak di depan pintu barat masjid. Aku sering menghampiri buku-buku tersebut dan menemukan kisah-kisah yang kusukai, kupinjam darinya dengan memberi upah lalu mengembalikannya. 

Suatu hari aku jumpai beberapa edisi majalah “Al-Manar” di antara kitab-kitab pajangannya. Ketika kubaca, aku dapati sebuah tulisan Sayyid Rasyid Ridha (seorang ulama hadits terkenal di Mesir -pen). Ia membahas sisi positif kirab Ihya’ Ulumuddin’ karya al-Ghazali, dan mengkritiknya dari beberapa segi seperti masalah Tasawwuf dan hadits-hadits dha’if.

Beliau juga menyebutkan bahwa Abu Fadhl Zainuddin al-Iraqi rahimahullah mempunyai sebuah kitab mengenai “Ihya’ Ulumuddin”, meneliti hadits-haditsnya serta memisahkan antara yang shahih dan yang dha’if. Nama kitabnya “Al-Mughni ‘an Hamlin Asfar fil Asfar fi Takhrij ma fil Ihya’ minal Akhbar”.

Aku sangat berminat memiliki buku ini oleh sebab itu aku pergi ke pasar untuk mencarinya, ibarat seorang yang jatuh cinta dan bingung karena sedih. Aku temukannya pada seorang penjual kitab namun pada saat itu aku seorang yang faqir seperti ayahku, tidak mampu membelinya. Maka aku bersepakat dengan pemiliknya untuk menyewanya, kubawa buku itu dan seolah-olah aku ingin terbang karena sangat gembira. Kembalilah aku ke toko dan kumanfaatkan kesempatan untuk membacanya dengan konsentrasi di saat-saat Ayahku sedang pergi. 

Kemudian timbul keinginanku untuk menyalin isi buku tersebut, maka aku beli beberapa lembar kertas dan mulailah untuk menyalinnya. Terlintas di dalam benakku untuk memanfaatkan kitab-kitab ayahku sebagai referensi dalam memahami kata-kata yang asing bagiku, karena aku seorang ajam (bukan orang Arab) sehingga ada beberapa kata dalam hadits yang sulit dipahami. Aku mendapat banyak manfaat dari pekerjaan ini, hingga sekarang salinan kitab itu masih tersimpan sebagai sebuah manuskrip.

Syaikh Muhammad al-Majdzub berkata dalam kitabnya “Ulama wa Mufakkirun,” beliau menunjukkan karya tersebut kepada saya, berjumlah empat juz dalam tiga jilid mencapai 2012 (dua ribu dua belas) halaman. Tulisannya terdiri dari dua macam, yang pertama tulisan biasa dan yang kedua tulisan yang sangat rapi dan celiti sebagai footnote, isinya berupa komentar, penafsiran makna hadits, atau melengkapi (sesuatu yang dianggap perlu dari tulisan al-Iraqi -pent). 

Karya ini sebagai kunci yang telah membuka banyak kebaikan, menambah perhatiannya dalam mempelajari ilmu hadits dan Sunnah Rasul ﷺ. Ayah beliau rahimahullah pernah menegur dan memperingatkannya dari ilmu hadits dengan berkata: “Ilmu hadits adalah pekerjaan orang-orang bangkrut.” Meskipun tidak mendapat restu dari ayahnya dalam membidangi ilmu hadits, namun kecintaan beliau kepada “warisan Nabi” ini terus bertambah demikian pula upayanya dalam memisahkan hadits-hadits shahih dari yang lemah.

Perhatian terhadap hadits Nabi telah menjadi pekerjaan yang sangat menyibukkannya. Sehingga beliau bekerja (mereparasi jam) hanya tiga jam sehari, selain hari Selasa dan Jum’at. Beliau berkata: “Waktu tersebut cukup untuk memperoleh makanan pokok bagi keluarga dan anak-anakku dan tentu hanya ala kadarnya saja. Di antara do’a Rasulullah ﷺ: 

اللهم اجعل رزق ال محمد قوتا

“Ya Allah jadikanlah rizqi keluarga Muhammad sebagai makanan pokok.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). 

Sedang waktu-waktu selebihnya aku manfaatkan untuk menuntut ilmu, menulis dan mempelajari hadits-hadits Rasulullah ﷺ, terutama manuskrip-manuskrip hadits yang berada di perpustakaan “Zhahiriyyah.” Aku menekuni perpustakaan tersebut sebagaimana pegawainya antara enam sampai delapan jam setiap hari, hal mana tergantung pada ketentuan jam kerja yang telah ditetapkan pada musim panas dan dingin.” 

Terkadang Al-Albani rahimahullah duduk di perpustakaan selama dua belas jam untuk membaca, mengomentari sebuah tulisan dan mentahqiq (meneliti kitab-kitab) tanpa merasa jenuh. Beliau keluar hanya pada waktu-waktu shalat. Pada waktu makan, beliau hanya makan makanan yang sederhana di perpustakaan. 

Melihat kenyataan ini, maka pimpinan perpustakaan memberikan kepada beliau sebuah ruangan khusus guna membahas permasalahan-permasalahan ilmiah yang bermanfaat. Beliau datang di pagi hari sebelum datangnya para pegawai. Terkadang para pegawai pulang di waktu zhuhur dan tidak kembali lagi. Sementara beliau tetap di perpustakaan sekehendaknya dan terkadang beliau pulang sesudah shalat Isya’.

Setiap orang pada saat itu mengetahui kesungguhan dan semangatnya dalam memanfaatkan waktu. Tidak sedikit orang yang mengkritiknya tatkala mengunjunginya di perpustakaan, beliau tetap tekun membaca dan menulis. Tentunya Syaikh mempunyai alasan tatkala berbuat demikian, beliau tidak ingin menyia-nyiakan waktunya hanya untuk menyambut tamu dan berbasa-basi. Demikian pula ketika menjawab sebagian pertanyaan yang dilontarkan kepadanya beliau menjawab dengan jawaban yang singkat dan tepat, sementara pandangannya tetap tertuju pada kitab tanpa melihat si penanya. Al-Ustadz Muhammad Shabbagh menuturkan tentang masalah ini: “Mata yang satu memandang kitab dan yang satunya memandang penanya.” 

Jerit payah dan kesungguhan ini telah membuahkan hasil di antaranya takhrij hadits-hadits tentang jual beli dalam ensiklopedi fiqih Islam dan karya-karya tulis lainnya.

Di antara guru-guru Syaikh Al-Albani:

  1. Syaikh Nuh bin Adam Najati rahimahullah.
  2. Syaikh Sa’id al-Burhani rahimahullah.
  3. Al-‘Allamah Muhammad Bahjat al-Baithar rahimahullah.
  4. Syaikh Muhammad Raghib ath-Thabbakh rahimahullah.

Dan lain-lain masih ada lagi.

Referensi:

  1. Biografi Syaikh Al-Albani: Mujaddid dan Ahli Hadits Abad Ini, Ustadz Mubarak Bamuallim, Pustaka Imam Asy-syafi’i.
  2. 9 Tuduhan Dusta Terhadap Syaikh Al-Albani, Ustadz Gholib ‘Arif Nushairoot, alih bahasa: Abu Musa al-Atsari, Majalah Adz-Dzakhiirah, Vol. 5, No. 8, Edisi 32, 1428 H.

والله تعالى أعلم

 

Dijawab oleh : Ustadz Abu Uwais Muhammad Yasin bin Sutan Muslim bin Amir bin Syamsuddin. 

Diperiksa oleh : Ustadz Nur Rosyid, M. Ag. 

 

Official Account Grup Islam Sunnah (GiS)⁣⁣

WebsiteGIS: grupislamsunnah.com

Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah

Instagram: instagram.com/grupislamsunnah

WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com

Telegram: t.me/s/grupislamsunnah

Telegram Soal Jawab: https://t.me/GiS_soaljawab

YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button